Lembaga Pers Mahasiswa

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah” ― Pramoedya Ananta Toer

Tuesday, December 30, 2014

On 7:25 PM by LPM Mercusuar UNAIR   No comments

Surabaya – Selasa kemarin (30/12), Bung Hatta Anti Corruption Award (BHACA) bekerja sama dengan BEM Universitas Airlangga, PLN, dan IOP Universitas Airlangga menyelenggarakan Diskusi Musikal Anti Korupsi. Diskusi yang bertempatkan di Aula Garuda Mukti, Rektorat Universitas Airlangga tersebut berlangsung meriah, selama 90 menit, peserta disuguhi penampilan Sindikat Musik Penghuni Bumi atau yang dikenal sebagai SIMPONI dan materi singkat oleh Dadang Trisasongko, Sekjen Transparansi Internasional Indonesia. Diskusi yang dibungkus dengan penampilan musik apik tersebut adalah upaya pengenalan gaya hidup Bung Hatta (Mantan Wakil Presiden RI yang pertama) kepada masyarakat, supaya masyarakat dapat meneladani kejujuran dari seorang Negarawan seperti Bung Hatta. "Pertama, kami memperkenalkan gaya hidupnya Bung Hatta yang harusnya relevan sampai kapanpun. Kedua, dampak-dampak jelek dari korupsi supaya kamu tidak melakkannya, supaya pesera tidak melakukan kejahatan ini. sesimple itu aja, jadi ada gaya hidup yang harus kita contoh, ada perbuatan yang harus kita hindari," ujar Berkah Gamulya ketika ditanya mengenai tujuan dari acara diskusi musikal tersebut.
Kisah hidup Bung Hatta disampaikan melalui slide-slide Power Point oleh Berkah Gamulya, selaku Direktur Eksekutif BHACA dan juga Playing Manager SIMPONI. Musik turut dimainkan ketika slide-slide yang menceritakan kisah hidup Bung Hatta dibacakan, memunculkan sensasi lain dari diskusi pada umumnya. Sebagai pembuka, Berkah menyampaikan bagaimana kejujuran Bung Hatta selama hidupnya, dan tindakan-tindakannya untuk melawan penyimpangan kekuasaan. Sebuah gambar sepatu bermerk ‘Bally’ ditemukan di kamar mendiang Bung Hatta, anak-anaknya tahu Bung Hatta tak pernah memiliki sepatu mewah seperti itu. Baru kemudian diketahui, Bung Hatta menabung untuk membeli sepatu impiannya, sepatu yang tak pernah terbeli sampai Bung Hatta wafat. Dalam materi disampaikan pula, Bung Hatta tak sekalipun menggunakan mobil dinasnya untuk keperluan pribadi, bahkan untuk menjemput Ibunya sendiri. “Pergi ke tanah suci adalah urusan saya dengan Tuhan, tidak ada urusannya dengan Negara, tidak ada urusannya dengan masyarakat,” begitulah Berkah menirukan perkataan Bung Hatta kala ditawarkan pergi ke Tanah Suci, Makah menggunakan pewasat pribadi. Inilah sifat-sifat Bung Hatta yang ingin disampaikan BHACA kepada masyarakat, untuk kemudian dijadikan tauladan.
Sesi selanjutnya, Danang Trisasongko memulai materinya dengan bertanya kepada peserta mengenai kaitan korupsi dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Ada setidaknya 3 peserta yang menjawab dengan jawaban yang kurang lebih sam, bahwa korupsi menghambat atau bahkan merusak tujuan Negara yang tercantum dalam Undang-undang Dasar 1945. Danang membenarkan jawaban tersebut, diberikannya contoh kecil “Perusahaan membebankan biaya ‘suap’ kepada konsumennya, 30% nilai barang yang anda beli adalah untuk membayar suap. Semisal anda membeli minuman seharga Rp. 3000, maka Rp. 1000 adalah nilai yang dibebankan produsen kepada konsumen untuk membayar suap.” Selanjutnya Danang menunjukkan data situasi korupsi di Dunia. Data yang disebut sebagai Corruption Perception Index (CPI) tersebut menunjukkan situasi korupsi pada 175 Negara di Dunia. Pada tahun 2014, Indonesia menempati peringkat 106 Negara terbersih dari korupsi, atau peringkat ke 69 Negara paling korup di Dunia. Dengan kondisi seperti itu, Danang mengajak masyarakat untuk ikut melakukan pengawasan terhadap praktik kekuasaan, karena pada hakikatnya korupsi tidak pernah lepas dari kekuasaan dan tidak pernah dilakukan sendirian. Iniah mengapa masyarakat harus berpartisipasi aktif melakukan pengawasan. Power tends to corrupt.

Si cicak badannya kecil, buntut putus tak akan mati
Ditangkaplah para pengutil, agar Negeri bebas korupsi
Si buaya giginya tajam, badannya besar kulitnya keras
Kasak-kusuk bikin konspirasi, rekeningnya gendut sekali
Cicak tak takut lawan buaya, Ibu pertiwi jadi taruhannya
Cicak tak gentar diserang buaya, demi anak cucu kita
Lirik Lagu Kisah Cicak Buaya Belum Selesai oleh SIMPONI

 Selepas Materi, Berkah mengajak penonton berdiri dan menyanyikan lagu nasional yang berjudul 'Indonesia Pusaka', yakni salah satu lagu favorit Bung Hatta semasa hidup. Penonton bernyanyi dengan penuh penghayatan, diiringi musik dari SIMPONI. Acara diskusi musikal tersebut kemudian diakhiri dengan sebuah lagu berjudul 'Sister in Danger', lagu SIMPONI yang merupakan tribut kepada korban kekerasan seksual di Indonesia dan di seluruh Dunia. "Seru banget, baru kali ini ada diskusi sama ada musiknya. Biasanya kan boring, kalo sekarang ada musiknya jadi enak gitu," ujar Vivi, salah satu peserta Diskusi musikal  yang memberikan apreasinya terhadap acara.

Penulis : Chusnul Chotimmah
Fotografer : Rizka Perdana Putra
Reporter : Rizka Perdana Putra, Chusnul Chotimmah

Thursday, December 18, 2014

Buletin edisi Desember 2014 dengan ulasan spesial tentang Pemilihan Rektor,profesionalitas dosen, hingga survei evaluasi kinerja BEM Universitas di penghujung tahun!

silahkan di unduh di Buletin Mercusuar pdf