Lembaga Pers Mahasiswa

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah” ― Pramoedya Ananta Toer

Saturday, June 21, 2014

On 2:30 PM by LPM Mercusuar UNAIR in    No comments
SURABAYA- Reformasi diperingati setiap tanggal 21 setiap tahunya. Begitupula yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa dibawah naungan organisasi Lembaga Pers Mahasiswa UNAIR “Mercusuar”. Karena reformasi merupakan salah satu momen heroic bagi mahasiswa, tentu penting halnya untuk melihat Reformasi secara lebih jauh melalui tinjauan-tinjauan yang komprehensif. Melihat realitas tersebut, maka LPM Mercusuar berinisiatif mengadakan sebuah Refleksi Kebangsaan, bertepatan dengan momen Hari Reformasi pada 23 Mei kemarin. Meski tidak berbarengan dengan Hari Reformasi. Refleksi tetap berjalan bahkan melebihi ekspektasi awal. Acara yang diadakan di Taman Apsari pada Jumat (23 Mei 2014) kemarin mengambil tema khusus : Quo Vadis 16 Tahun. Yaitu mempertanyakan kembali arah Reformasi kontemporer, seperti kondisi sekarang ini. Tujuan diadakanya Refleksi selain sebagai kajian, juga bertujuan untuk mempererat tali silaturahim dengan LPM-LPM yang lain. Refleksi Hari Reformasi kemarin dikatakan cukup semarak. Telah hadir pengurus-pengurus LPM “Satu Kosong” ITS, dan beberapa LPM-LPM Fakultas yang berkesempatan hadir pada malam hari itu. Hadir pula petinggi LPM Insight dari Fakultas Psikologi, LPM Situs dari FIB, LPM Sektor FEB dan LPM Venous FKH UNAIR yang semakin memperkaya diskusi kritis pada momentum tersebut. Bertempat di tengah-tengah Taman Apsari, persisnya di depan patung Gub.Suryo, dan menghadap langsung ke depan Jalan Raya dan Gedung Pemerintahan “Grahadi”. Suasana amat semarak dan ditambah dengan hiruk pikuk komunitas-komunitas pemuda dan geng motor yang bersebelahan langsung dengan acara. Yang berkesempatan mengisi sebagai panelis Refleksi Hari Reformasi yaitu mas Arya W Wirayuda, Dosen Ilmu Sejarah, seseorang yang pernah mengecap dan terlibat dalam dunia pergerakan mahasiswa dan sekaligus Mantan Ketua BEM FIB UNAIR. Beliau memaparkan Reformasi dari sudut historis dan filosofi-filosofi sebagai fenomena dan realitas politik di Indonesia. Alur diskusi semakin matang dan mantap. Mengingat pluralitas dari masing-masing elemen yang hadir dalam Refleksi tersebut. Ada audiens yang memperlihatkan bahwa masalah ekonomi menjadi tugas Reformasi ke depan, selain reformasi Birokrasi untuk mengukuhkan fungsi good governance. Ada pula KKN yang menjadi masalah akut bangsa ini, yang harus menjadi agenda tuntas dalam Reformasi ke depan. Ada pula argument dari rekan LPM ITS yang memaparkan bahwa Reformasi kurang memiliki titik-tiitk dan batasan yang jelas, sehingga dampaknya pelaksanaan agenda Reformasi dan evaluasi hingga kini tidak pernah menemukan titik akan kejelasan. Setelah diskusi intensif selama 2,5 Jam, akhirnya acara ditutup dengan menyanyikan lagu Darah Juang dengan khidmat oleh semua audiens yang hadir dan pembacaan salah satu puisi dari Wiji Tukul (aktivis Reformasi) oleh pihak panitia. (Redaksi)

0 comments:

Post a Comment