Lembaga Pers Mahasiswa

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah” ― Pramoedya Ananta Toer

Saturday, June 21, 2014

On 2:41 PM by LPM Mercusuar UNAIR in    No comments
Surabaya— Pada hari Sabtu (14/6), tiga perwakilan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Mercusuar, Universitas Airlangga yakni Vijai Indoputra, Rizaldy Yusuf, dan Adi Nurahman Pratama, mengikuti acara diskusi yang diadakan oleh kompas. Judul acara ini adalah “Mahasiswa Berbicara”. Artinya adalah bagaimana keterlibatan mahasiswa dalam mengawasi proses pemerintahan, melakukan kritik terhadap pelanggaran hukum, ketidakadilan sosial, dan isu-isu lainnya. Diskusi yang diadakan di Gramedia Kompas (Jalan Jemursari 64 Lt.3) ini juga membahas mengenai tantangan yang dihadapi oleh lembaga pers mahasiswa hingga solusinya. Diskusi ini dihadiri oleh LPM se-surabaya, misalnya LPM 1.0 dari ITS, Laskar Ambisius dari IAIN Sunan Ampel, Sesasi dari Universitas Negeri Surabaya dan belasan LPM lainnya.

Wisnu Nugroho selaku pembicara membuka diskusi dengan menceritakan pengalamannya ketika menjadi mahasiswa di Sekolah Tinggi Filsafat Driyakarya pada masa transisi, yakni orde baru dan reformasi. Wartawan kompas yang telah 13 tahun berkarya dibidang jurnalistik itu, menyebutkan bahwa “lembaga pers mahasiswa saat ini telah kehilangan rohnya.” Pers mahasiswa saat ini tengah kehilangan arah sehingga tidak fokus pada permasalahan sosial yang ada pada lingkungan namun hanya pada acara-acara internal yang tidak menarik lagi untuk ditunggu oleh mahasiswa.” Selain itu permasalahan pendanaan yang berasal dari Universitas masih menjadi kendala umum LPM, sehingga sulit untuk mengkritisi keputusan birokrasi kampus. Belum lagi kepedulian mahasiswa saat ini sangat rendah terhadap permasalahan sosial, hingga hampir semua permasalahan dianggap sebagai angin lalu. “Tahu, tapi tidak melakukan apa-apa” ujar Wisnu. “Dari 27.000 mahasiswa Unesa, hanya 300 klik yang berhasil didapatkan dalam sebuah berita yang dipublikasikan via media online", mahasiswa dari Sesasi manambahkan.

Mengenai pendanaan, salah satu mahasiswa menawarkan solusi. Bahwa kedudukan Pers yang ada dikampusnya sejajar dengan posisi rektor sehingga pihak rektor tidak dapat menekan lembaga independen tersebut. Mengenai rendahnya minat mahasiswa, Lembaga pers saat ini, harus lebih kreatif dalam menyusun berita, khususnya berita online. Solusi yang ditawarkan oleh Wisnu adalah judul berita harus menarik, tetapi tetap memperhatikan kesesuaian dengan isi; tidak boleh lebih dari 500 kata, karena mata akan kelelahan jika tulisannya terlalu banyak; dan sertakan dengan ilustrasi gambar, grafik ataupun foto.

Melalui acara ini, Kompas ingin menjadi “provokator menulis” bagi mahasiswa. Artinya mewadahi kemampuan analisis mahasiswa dengan memfasilitasi beberapa halaman rubrik mahasiswa. Rubrik ini nantinya akan memuat tulisan mahasiswa seputar ‘kegelisahan’ mahasiswa. Tulisan dapat berupa kritik maupun solusi khususnya tentang keberlangsungan proses pemilu presiden, yang akan diadakan pada, 9 Juli 2014 nanti. Mahasiswa dapat mengirimkan tulisannya sebanyak 2 halaman ke alamat email redaksi kompas di mahasiswabicara@kompas.com dengan honorium bagi yang tulisannya dimuat (Redaksi).

0 comments:

Post a Comment