Lembaga Pers Mahasiswa

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah” ― Pramoedya Ananta Toer

Monday, November 10, 2014

On 12:09 PM by LPM Mercusuar UNAIR in    No comments


10 November bukan hanya sekedar seremoni mengenang romantika sejarah yang gemilang dengan pengorbanan heroik para pahlawan yang tak terkira jumlahnya. Bukan juga sekedar peristiwa yang harus diketahui dan diulang-ulang setiap mata pelajaran sejarah di sekolah-sekolah. Hari dimana Agresi Militer Belanda 1 itu berakhir merupakan alasan kedamaian dan keamanan kita menginjak tanah Surabaya, juga Indonesia, hari ini. Hari itu bukan hanya milik Bung Tomo dan arek-arek Suroboyo, tapi juga milik seluruh pemuda pemudi Indonesia yang dengan gagah berani menghadapi mati demi satu tujuan pasti: Merdeka. Darah yang telah menyiprat ke setiap inci tanah ini, kini telah kering dan tertutupi aspal serta bangunan-bangunan. Sejujurnya aku tak tahu apa yang mereka kehendaki untuk aku lakukan setelah perjuangan mereka berakhir berpuluh tahun lalu itu. Saat kutatap tempat mereka bersemayam, aku bertanya, “Apa yang mereka inginkan setelah kemerdekaan berhasil direbut?”. Jika mereka masih bisa menjawab, mungkin mereka akan bilang bermacam-macam, seperti kesejahteraan rakyat, persamaan hak, sembako murah, kesempatan sekolah, politik yang jujur dan bersih, keadilan, dan lainnya. Atau mungkin hanya sebuah harapan kecil untuk melihat bendera berwarna merah dan putih berkibar bebas di tanah ini. Entahlah. Aku tak sempat bertanya. Aku hanya tahu mereka hanya pernah memekikkan satu kalimat, “Merdeka atau Mati.”
Sebuah kutipan yang selalu kuingat (namun sayangnya kulupakan si pembicara) mengatakan, setiap manusia ditakdirkan hidup untuk memainkan sebuah peran di dunia. Apa peran itu, hanya Tuhan dan kita kelak yang akan tahu. Bagiku mungkin para pahlawan dahulu itu memang ditakdirkan untuk menjadi pejuang kemerdekaan, kemudian setelah perannya berhasil dia pentaskan dengan baik, pertunjukkan pun berakhir. Para aktor kembali ke balik panggung yang gelap. Semua yang ada, kembali pada ketiadaan. Mungkin itulah alasan mengapa para pahlawan hanya memekikkan kalimat “Merdeka atau Mati” karena mereka hidup hanya untuk memperjuangkan kemerdekaan, kemudian mati setelah tujuan itu tercapai. Kini pertanyaan pun muncul dibenakku dan mungkin harus kita renungkan, kalimat apa yang akan kita pekikkan sebagai tujuan hidup kita?

0 comments:

Post a Comment