Monday, November 10, 2014
On 7:03 AM by LPM Mercusuar UNAIR in opini No comments
Hari Pahlawan diperingati pada
tanggal 10 Nopember tiap tahunnya. Pada hari itu di pusat kota Pahlawan acara
seremonial makin menggema. Tiap tahun semakin banyak acara meriah yang
diperingati. Parade juang, upacara, kewajiban mengibarkan bendera merah putih,
aksi-aksi teatrikal dari berbagai komunitas, mengunjungi makam pahlawan,
dsb. Namun yang menjadi masalah klasik
tiap tahunnya tetaplah sama. Apakah 10 Nopember hanyalah aksi seremonial belaka
ataukah sebuah peringatan bagi kita untuk kembali berjuang sesuai dengan
nilai-nilai kepahlawanan ?
Nilai-nilai kepahlawanan
Rela berkorban demi bangsa dan
negara merupakan hal yang paling esensial ketika merujuk kata pahlawan. Pejuang
dulu banyak yang berkorban secara fisik. Mereka rela mempertaruhkan nyawa di medan
perang untuk mencapai keinginan bersama berupa kemerdekaan. Kepentingan negara
seringkali didahulukan daripada kepetingan keluarga sekalipun. Mereka rela
melakukan apapun demi membela negara Indonesia tercinta. Selain dalam bentuk
fisik pengorbanan juga dilakukan dalam bentuk pemikiran. Pemimpin dan
"arsitek" pembentukan negara seperti Ir. Soekarno, Muh.Yamin, M.
Hatta, Tan Malaka adalah segelintir pemikir-pemikir era perjuangan. Sama
pentingnya seperti peperangan dalam bentuk fisik. Karya dan tulisan yang mereka
buat telah membangkitkan semangat rakyat Indonesia dan juga mendidik bangsa
akan pentingnya kemerdekaan.
Mereka yang disebut pahlawan
dahulu juga mempunyai sifat berani untuk menentang penjajahan, menentang
sekutu, walau hanya dengan modal senjata secukupnya. Sebilah bambu maupun
dengan tangan kosong tak menghalangi para pejuang untuk tetap berperang membela
tanah air. Rasa dan keinginan untuk merdeka, untuk kebaikan bangsa jauh
mengalahkan rasa takut terhadap musuh yang mempunyai persenjataan lebih
lengkap. Lalu, rasa ikhlas juga menjadi pelengkap nilai-nilai kepahlawanan.
Ikhlas berarti secara tulus memberi pertolongan kepada sesama, merelakan
sebagian yang dimiliki, serta jujur dalam perkataan dan perbuatan. Tanpa rasa
ikhlas tanpa pamrih tentu saja pahlawan tak akan mampu untuk berperang. Rasa
ikhlas menumbuhkan rasa semangat rela berkorban, berani menentang musuh,
melawan penjajah sehingga cita-cita bersama dapat tercapai yaitu kemerdekaan.
Kepahlawanan Kini
Pertanyaan yang mengemuka saat
ini adalah apakah nilai-nilai kepahlawanan itu masih ada ? Ketika kita melihat
media televisi maupun online
pemberitaan utama adalah seputar kasus korupsi, kisruh DPR, perebutan
kekuasaan, kejahatan, pencurian, dan berbagai pemberitaan negatif lainnya.
Beberapa orang coba untuk berkuasa di wilayahnya sendiri, ataupun di pusat
dengan cara-cara yang tidak dihalalkan. Suap menyuap sering terjadi di seluruh
sistem pemerintahan. Seolah menjadi hal yang lumrah, suap terjadi mulai dari
kepolisian, pemerintah daerah, pusat, kementerian, dan lembaga-lembaga
pemerintah lain. Pelakunya tidak hanya elit pemerintah, bahkan masyarakat biasa
pun melakukannya. Semisal memperoleh SIM lewat "jalan belakang"
dengan membayar lebih kepada oknum terentu. Hal ini tentu saja tidak
mencerminkan nilai-nilai kepahlawanan.Dimana rasa rela berkorban? Rasa ikhlas?
Berani untuk membela kebenaran ? Apakah semua orang menjadi negatif seperti itu
?
Namun, penulis disini memiliki
kepercayaan bahwa tidak semua orang seperti itu. Masih banyak pribadi yang
memang menjadikan hidupnya menjadi lebih bermanfaat bagi orang lain. Dunia ini
pasti juga diisi dengan orang-orang baik. Masih banyak rakyat yang rela
berkorban, iklhas, berani untuk membela kebenaran, serta mengharumkan nama
bangsa di kancah internasional. Sudah sering kita dengar capaian anak Indonesia
yang sering berprestasi dalam olimpiade tingkat internasional. Mereka ini
adalah pahlawan-pahlawan era saat ini. Dalam lingkup yang lebih kecil juga ada komunitas-komunitas
yang mempunyai kepedulian terhadap sesama. Memberi makan kepada penduduk miskin
secara sukarela, memberi pendidikan gratis kepada anak jalanan merupakan
beberapa contoh nyata yang dapat dilakukan komunitas tersebut untuk memajukan
bangsa. Ketika kepahlawanan belum bisa dilakukan secara langsung dalam level
negara, nilai-nilai kepahlawanan tersebut dapat dimulai dari hal terkecil yang
ada di lingkungan sekitar.
Aktualisasi Diri
Kemudian apa yang dapat kita
lakukan ? Ketika zaman telah berubah, kita tidak harus lagi berperang secara
fisik. Menginjak milenium kedua (2000an keatas) perjuangan yang dilakukan
tidaklah sama dengan zaman Perang Dunia II. Dulu perjuangan utama kebanyakan
negara adalah untuk meraih kemerdekaan. Banyak negara saat itu masih
terbelenggu dalam penjajahan kolonial, termasuk Indonesia. Kini ketika zaman
telah berubah, bentuk perjuangan telah berganti. Tidak lagi perjuangan untuk
menjadi bangsa merdeka tetapi perjuangan untuk memajukan bangsa. Pahlawan
kemudian tidak terpaku pada orang-orang yang berjuang demi kemerdekaan tetapi
meluas kepada mereka-mereka yang berusaha untuk memajukan bangsa.
Oleh karena itu untuk
berkontribusi kepada bangsa dan menjadi "pahlawan" tugas kita secara
individu tidak lain adalah untuk ikut memajukan bangsa. Caranya adalah dengan
pendidikan. Pendidikan tidak harus dalam bentuk formal, berbagai pendidikan
informal juga semakin penting dilakukan. Mereka yang pandai menulis ikut
memajukan bangsa melalui tulisannya, mereka yang pandai bermusik ikut
mengharumkan negara dengan lagu-lagunya. Mereka yang cerdas secara akademis,
dapat menjadi pahlawan negara ketika mendapat prestasi internasional. Mereka
yang mempunyai kepedulian terhadap lingkungan dapat memberi penyuluhan
pentingnya lingkungan kepada masyarakat banyak, dan masih banyak lagi. Melalui
hal-hal kecil yang kita minati dan sukai kita dapat menyumbang sesautu untuk
kemajuan bangsa. Dengan cara- cara kita sendiri, dengan hal-hal yang kita sukai
selama itu positif, sesuai dengan nilai-nilai kepahlawanan dan dapat berguna
untuk bangsa maka secara tidak langsung kita telah menyumbang sesuatu untuk
kemajuan bangsa.
Selamat Hari Pahlawan ...
*Rizka Perdana Putra, anggota LPM
Mercusuar
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Search
Popular Posts
-
Pers Pada Orde Lama Orde lama berjalan antara tahun 1945-1966. Pers orde lama dimulai ketika Indonesia merdeka. Wartawan Indonesia m...
-
(Kampus C) LPM Mercusuar Universitas Airlangga pada Kamis (23/10) siang mengadakan kunjungan dalam rangka silaturahmi ke Rektorat ...
-
Pengurus (Dok.LPM Mercusuar) LPM Mercusuar UNAIR memiliki 5 Divisi yang terbagi berdasarkan area dan job desk nya masing-masing. 5 ...
-
Keputusan mengenai penutupan mendadak pada Senin (5/1) oleh Perpustakaan UNAIR kini sudah berubah dan kembali seperti sedia kala. Perpu...
-
*Menjelang Peringatan Hari Reformasi (21 Mei) Ada saat dimana masyarakat mulai terbuka dan berani muncul ke hadapan publik sebagai ger...
Recent Posts
Categories
- 10 November
- 2014-2015
- apa itu LPM MERCUSUAR UNAIR
- Artistik
- BEM FE UI
- BEM UNAIR
- Buletin
- Buletin Mercusuar
- eksternal
- Hari Pahlawan
- Hiburan
- Humas
- Idang Rasjidi Syndicate
- Info
- investigasi
- Isu
- Jawa Pos
- JGTC
- kajian
- Kampus
- Kampus C Unair
- kegiatan
- Kepahlawanan
- Kunjungan institusi
- kunjungan Jawa Pos
- Kunjungan Tempo Biro
- Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Airlangga
- liputan
- Litbang
- LPM Mercusuar Unair
- Mahasiswa Unair
- Mercusuar
- new release
- opini
- OPREC
- Oprec Mercusuar
- Pengumuman
- Perpustakaan UNAIR
- pers mahasiswa
- Perusahaan
- Redaksi
- Rekrutmen Terbuka
- Rektorat Unair
- Sejarah pers UNAIR
- Seminar.LPM Mercusuar Unair
- Seputar MERCUSUAR
- Struktur Kepengurusan LPM Mercusuar Universitas Airlangga
- Struktur LPM Mercusuar
- Suara Airlangga
- SUGA
- Surabaya
- UNAIR
- UNAIR Library
- Universitas Airlangga
- update
- Warga Bicara
- wawancara
Sample Text
Blog Archive
-
▼
2014
(31)
-
▼
November
(9)
- Kunjungan ke Tempo Biro Surabaya
- Kunjungan Lpm Mercusuar Unair ke Jawa Pos
- Buletin Edisi November
- The 37th Jazz Goes To Campus Roadshow Surabaya
- Seminar IPPI Jawa Timur
- Warga UNAIR Bicara
- Hari ini di Mataku – 10 November
- Generasi yang Tak Lagi Dikenal, Generasi yang Akan...
- Kepahlawanan Dulu, Kini dan Aktualisasi Diri
-
▼
November
(9)
Labels
- 10 November
- 2014-2015
- apa itu LPM MERCUSUAR UNAIR
- Artistik
- BEM FE UI
- BEM UNAIR
- Buletin
- Buletin Mercusuar
- eksternal
- Hari Pahlawan
- Hiburan
- Humas
- Idang Rasjidi Syndicate
- Info
- investigasi
- Isu
- Jawa Pos
- JGTC
- kajian
- Kampus
- Kampus C Unair
- kegiatan
- Kepahlawanan
- Kunjungan institusi
- kunjungan Jawa Pos
- Kunjungan Tempo Biro
- Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Airlangga
- liputan
- Litbang
- LPM Mercusuar Unair
- Mahasiswa Unair
- Mercusuar
- new release
- opini
- OPREC
- Oprec Mercusuar
- Pengumuman
- Perpustakaan UNAIR
- pers mahasiswa
- Perusahaan
- Redaksi
- Rekrutmen Terbuka
- Rektorat Unair
- Sejarah pers UNAIR
- Seminar.LPM Mercusuar Unair
- Seputar MERCUSUAR
- Struktur Kepengurusan LPM Mercusuar Universitas Airlangga
- Struktur LPM Mercusuar
- Suara Airlangga
- SUGA
- Surabaya
- UNAIR
- UNAIR Library
- Universitas Airlangga
- update
- Warga Bicara
- wawancara
archive
-
▼
2014
(31)
-
▼
November
(9)
- Kunjungan ke Tempo Biro Surabaya
- Kunjungan Lpm Mercusuar Unair ke Jawa Pos
- Buletin Edisi November
- The 37th Jazz Goes To Campus Roadshow Surabaya
- Seminar IPPI Jawa Timur
- Warga UNAIR Bicara
- Hari ini di Mataku – 10 November
- Generasi yang Tak Lagi Dikenal, Generasi yang Akan...
- Kepahlawanan Dulu, Kini dan Aktualisasi Diri
-
▼
November
(9)
0 comments:
Post a Comment